Oleh: Sumi Fitriyani[2]
Perkenalkan
nama saya Sumi Fitriyani, kali ini saya ingin berbagi sedikit pengalaman yang
saya dapat ketika tugas liputan sebagai mahasiswi magang di salah satu Televisi
lokal.
Liburan semester ini, berbeda dengan liburan
semester-semester sebelumnya. Di mana biasanya saya mengisi liburan semester
dengan belajar mengajar di Madrasah Tsanawiah di dekat rumah. Namun semester kali
ini kami sebagai mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN SGD Bandung,
telah diberi amanat oleh salah satu dosen mata kuliah, di mana kita harus
mengisi waktu selama liburan dengan magang di stasiun televisi dan kita diberi
kebebasan untuk memilih di tempat mana kita magang yang jelas harus di stasiun
televisi.
Saya
bersama tiga teman sekelas diantaranya, Shofwah, Titin dan Reja memutuskankan
magang di salah satu stasiun televisi lokal yaitu di Radar TV Tasikmalaya
kurang lebih selama satu bulan. Kami mulai magang pada awal bulan Juli 2018
sampai awal bulan Agustus.
Di
Radar TV Tasikmalaya, tidak hanya dari UIN saja yang mengikuti magang. Ada juga
dari UNIGA (Universitas Garut), IAIC (Institut Agama Islam Cipasung)
Tasikmalaya dan beberapa anak SMK dari daerah sekitar Tasikmalaya. Nah, karena
yang magang banyak maka kami dibentuk menjadi beberapa kelompok khususnya untuk
Mahasiswa. Kami di tempatkan dibagian program Jurnalis Warga, yang di mana
setiap hari kami harus mencari berita di sekitar Tasikmalaya. Maksimal setiap
kelompok mendapatkan dua berita setiap harinya. Baik itu dari budayanya, ciri
khas makanannya, kegitan-kegiatan yang sedang berlangsung di bulan tersebut,
dan sebagainya.
Saya
bersama teman sekelompok melakukan liputan mengenai komunitas Konde Sartika di
Taman Kota Tasikmalaya. Pada saat itu bertepatan dengan hari Anak Nasional (23
Juli 2018), karena setiap hari khususnya hari weekend banyak sekali anak-anak
yang bermain di taman, jadi mereka mengadakan acara untuk memperingati hari
Anak Nasional bersama anak-anak yang berada di Taman Tasikmalaya.
Pada awalnya saya kira Konde Sartika itu sebuah
komunitas yang membudayakan konde saat ini dan sebagainya gitu. Ternyata dugaan
saya salah, setelah saya bertemu dengan pendiri dari komunitas tersebut, yaitu
Inggri Dwi Rahesi, lulusan UPI Bandung yang kini menjadi Duta Perpustakaan Jawa
Barat 2018 dan sedang melaksanakan studi S2 nya di UPI. Ia menjelaskan bahwa
Komunitas Konde Sartika adalah salah satu komunitas baca buku yang ada di
Tasikmalaya, komunitas ini masih baru didirikan, yaitu pada bulan Oktober 2017.
Nama
Konde Sartika sendiri sangat filosofis sekali. "Konde artinya gulungan
rambut yang diikat kemudian di gelungkan. Setiap helai itu diibaratkan satu
perempuan. Dalam kepala itu banyak sekali helaian rambut, ibaratnya banyak
sekali kumpulan perempuan yang ketika di sanggul akan menjadi kekuatan besar.
Ditaruh di belakang, filosofisnya semakin perempuan berilmu harus semakin
bijaksana, berilmu itu tidak untuk meninggi tetapi untuk merunduk." Ungkap
sang pendiri komunitas. Kemudian kata Sartika diambil dari nama pahlawan
perempuan dari Garut. Dengan nama Sartika tersebut, Inggri mengharapkan
semangat Dewi Sartika, ruh pejuang bisa melekat di dalam ruh-ruh perempuan
komunitas Konde Sartika ini.
Selanjutnya
Konde Sartika ini memiliki agenda rutinan setiap minggunya dan mengenai tempat
untuk berkumpul bisa di mana saja atau fleksibel. Setiap berkumpul seluruh anggota komunitas tersebut ada
yang dinamakan arisan buku. Maksudnya setiap
orang harus membaca buku selama 15 menit. Kemudian dari buku yang telah dibaca tersebut harus dipresentasikan di hadapan
yang lainnya dan kemudian didiskusikan.
Ternyata
konde sartika ini juga berkontribusi kepada masyarakat. Ketika saya bertemu di Taman Kota Tasikmalaya
beberapa anggota komunitas ini ada yang membimbing
anak-anak yang ada di sekitar taman untuk belajar membaca, menggambar dan membacakan dongeng. Jadi
anak-anak di taman kota itu tidak hanya bermain
saja, tetapi bisa belajar sambil bermain.
Adanya
Konde Sartika ini dapat meningkatkan minat baca anggota, karena setiap agenda
kegiatan berjalan, perempuan memiliki topik untuk dibahas dari hasil baca mereka. Anggota Konde Sartika juga
mengatakan dengan adanya Konde Sartika, mereka
menjadi terbiasa membaca buku, terbiasa menjadi seorang pembicara.
Tanggapan
masyarakat terhadap komunitas ini sangat baik, terbukti setelah genap satu
tahun setelah didirikannya komunitas Konde Sartika ini sudah banyak di
apresiasi. Beberapa sertifikat pun sudah dimiliki dalam beberapa kegiatan dan
melakukan kontribusi kepada masyarakat di sekitar Tasikmalaya.
Komunitas
ini memberikan motivasi khususnya kepada saya untuk senang membaca tapi ya
begitu rasa malas selalu menghampiri manusia. Sehingga saya harus bertarung
dengan cerdas agar dapat mengalahkan rasa malas tersebut. Hal ini juga
menunjukan bahwa perempuan itu
berhak untuk memiliki pendidikan yang baik dan layak. Sehingga pemikiran yang
kolot tidak lagi mempengaruhi kaum kawula muda
untuk mengasilkan sejuta karya diusianya. Setelah saya mengenal
komunitas ini, saya ingin juga menerapkan metode komunitas ini kepada
lingkungan sekitar saya. Namun untuk mewujudkan hal itu tidaklah mudah.
Itulah
salah satu oleh-oleh yang saya dapat dari hasil liputan yang begitu besar
manfaatnya.
[1] Tugas Mata Kuliah Teknik Menulis
Naskah Dakwah Semester Ganjil Tahun Akademik 2018/2019.
[2] Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan
Penyiiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung, NIM 1164020163.
Komentar
Posting Komentar